Barongsai

Selesai mengisi tenaga masing-masing, Iren dan Damar kini berada di teras rumah, tempat favorite kedua setelah halaman parkir Supermarket, tempat pertama kali bertemu.

Tidak terasa, satu tahun berlalu begitu cepat. Kursi kayu berwarna putih sudah tidak lagi sepenuhnya berdebu, ada yang mengisi kekosongan dengan sukarela.

Malam ini adalah malam yang hangat. Nyanyian Ulang tahun, tiupan lilin yang tidak cukup sekali, potongan kue yang tidak berbentuk sebagai mestinya. Bintang dan bulan yang hadir saat ini pun seolah tidak ingin melewatkan sisa hari spesial seorang Ansaka Pratama yang sudah tertidur pulas dengan mainan mobil-mobilan di pelukannya.

"Dam" 

"Hmmm" 

"Gamau nginep aja?"

"Enggak usah." 

"Udah malem." 

"Gak ada yang bilang masih pagi." 

"Lo ngantuk." 

"Iya, sih. Yaudah, jalan-jalan bentar di depan." 

"Makin malem, dong, Bro." 

"5 menit." 

"Yaudah, yok."

"Bentar"

Damar masih bersandar pada kursi yang sudah menempel pada badannya sekitar hampir 15 menit itu

.

"Tuh, kan ngantuk. Yaudah tidur aja di kamar gue. Nanti gue sama Saka." 

"Enggak."

 

Sejujurnya, kantuk yang dirasakan Damar cukup dalam, tenaganya seperti dikuras habis untuk bermain dengan Saka sejak sore hingga malam tadi. Namun Ia tahu, Iren akan merasa tidak nyaman jika Ia menginap malam ini. Dunia Damar kini hanya tentang Iren, tidak ada pengecualian termasuk dirinya sendiri yang bisa membuat Iren merasa terganggu.


"Manusia batu." 

"Manusia ganteng."

"Yuk. Sini." 

"Ha?"


Tubuhnya sudah berdiri, namun Damar enggan berjalan.


"Tangan. Biar gak ngantuk." 

"Bisa-bisanya."

"Yaudah, kalo ngebiarin gue nyetir sambil ngantuk."


Iren tidak bisa menolak, dan sepertinya juga, Hati Iren pun tidak ingin memberikan penolakan yang membuat isi perutnya kini berubah menjadi kupu-kupu.

Mereka melangkah ringan, Damar memasukan sebelah tangannya dan tangan Iren ke dalam kantong jaket hitamnya. Genggaman itu semakin hangat dan lekat.


"Dam, makasih, ya. Buat hari ini. Gue gak nyangka ulang tahun Saka gak se-sepi 2 tahun lalu."

 "Tahun depan bakal lebih rame."

 "Jangan ngundang Barongsai." 

"Seru banget padahal. Waktu Javan ulang tahun ke-lima, Ibu sama Ayah ngundang Kuda Lumping."


Iren selalu tertawa mendengar semua kejadian tidak logis yang selalu terucap oleh mulut lelaki berjaket hitan itu. Semua hal yang menggelikan sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Iren. Namun, karna Damar orangnya, Iren menyukainya.


"Tapi...Gue beneran janji. Tahun depan bakal lebih rame. Saka gak bakal kesepian lagi."

"Terutama lo. Pasti gak akan ada waktu buat inget 2 tahun lalu lo itu."


Iren tahu, bahwa semua itu adalah kesungguhan dari seorang Damar. Seseorang yang selalu menepati janji yang Ia ucapkan. Iren tidak bisa berkutik, Ia mematung dengan perasaan yang tak bisa diutarakan. Hanya senyum penuh makna yang dapat mewakilkan perasaannya malam itu, menatap lelaki yang Ia harap akan selalu menjadi dirinya sendiri, tidak pernah berubah meninggalkannya.


"Gausah liatin gue. Nanti gue beneran gamau pulang, terus...." 

"IH, DAMARRRRRRR"

 

Cubitan kecil Iren mampu membuat Damar terkikih, dan berlari kecil. Tawa mereka hadir kembali meninggalkan suasana haru yang sejenak menghampiri kedua manusia yang masih saja enggan mengakui bahwa mereka sudah saling memiliki.


"Dam, foto duluuuu."

"Peluk dulu."

"GAJADI."


Comments

Popular Posts