Semua yang Hadir di 2020

 

 


Hai, Guys! Wahhh, sudah sebulan lebih tidak hadir membuat Blog, yaa, huhu, sebenarnya sedih banget tidak bisa membagi kisah yang terjadi belakangan ini, tetapi memang ada beberapa prioritas yang harus aku lakukan terlebih dahulu. Dannn, sempat ragu untuk membuat blog ini, tentang kilas balik kehidupanku di 2020. Di tahun yang tidak pernah berhenti membuat kejutan untuk hidupku dan aku percaya beberapa hal juga terjadi di hidup kalian dan merubah sedikit banyak kehidupan kalian. But, Guys… We did it! 2021 will be coming very soon! Congratulations, for passing this year, you’re strong and good enough. And I want to shared my journey through this year (actually, I’m little bit nervous and scared for making this blog, haha. And its gonna be a long story btw).

Oke, Awal tahun 2020 sudah dipastikan sebagian dari kalian juga mengalami “kejutan” pertama bernama “Banjir” 😊

Yap! Hari pertama di 2020 Rumah kebanjiran dengan ketinggian yang ga diduga sebelum nya. Cuma baju di badan dan seplastik baju ganti yang bisa diselamatkan karena Aku dan keluargaku tidak expect bakal setinggi itu banjirnya. Dan.. kita pasrah.

Beberapa bulan setelah itu, aku membuat keputusan besar yang dulu aku fikir adalah keputusan terbaik dan paling membahagiakan, Pindah rumah dengan 3 kamar untuk masing-masing keluarga kecilku. Mungkin sebagian teman terdekatku tahu tentang hal ini karena aku sangat bahagia karena memberikan tempat yang lebih layak untuk Mama dan kedua adikku. Tetapi hal itu berubah setelah pandemi menyebalkan itu memberikan efek besar ke perusahaan tempatku bekerja.

Pada akhir April, kantorku bekerja memutuskan untuk memotong gaji karyawannya karena dampak pandemi yang luar biasa. Aku yang sudah terlanjur memakai tabungan yang selama ini aku simpan untuk Adikku melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi sangat terpukul dan bingung harus bagaimana lagi. Saat itu, aku yakin bahwa dampak ini tidak berlangsung lama dan masih ada beberapa bulan lagi sebelum Adikku lulus dari Sekolah Menengah Atas.

Dua bulan selanjutnya tepat dibulan kelahiranku, ternyata aku mendapatkan banyak kejadian yang membuatku menjadi seperti sekarang ini. Aku baru menyadari bahwa keadaanku saat ini dimulai pada hari ulang tahunku.

Aku merasa menjadi manusia yang tidak berarti dan tidak dianggap (Sudah pernah Aku tuliskan di blog ini, hehe). Aku mulai kehilangan kepercayaan akan diriku sebenarnya, apa aku pantas untuk dicintai. Tidak ada kue ulang tahun, dan aku benci membayangkan aku harus meniup lilin dan memotong kue dengan hati yang kosong. Aku melewatkan ulang tahunku dengan penuh kebencian akan hari yang aku jalani, tapi seperti biasa, aku pun bersembunyi dari “Ketidak apa-apa” yang aku selalu hadirkan setiap aku mengalami hal yang tidak aku inginkan.

Beberapa hari setelahnya, Aku mendapati kabar bahwa pemotongan gaji di tempatku bekerja masih berlanjut dengan waktu yang tidak bisa ditentukan, dan untuk pertama kalinya, aku meminta pertolongan kepada Adikku untuk membantu finansial keluarga. Permintaanku itu ternyata tidak berjalan mulus, Semenjak hari itu dan sampai pada saat blog ini di publish Adikku memutuskan untuk tidak menegurku selayaknya Kakak yang biasanya menemaninya selama 19 tahun itu.


“Hai, De! Kalau kamu baca blog ini, tak apa. Kakak tidak bermaksud membuat Dede terlihat salah, Maaf ya, masih belum bisa mengembalikan sosok yang Dede kenal dulu. Saat ini Kakak sedang memperbaiki sebagian diri Kakak yang hilang. Maaf, Kakak belum bisa membuat hidupmu lebih indah, masih proses menuju itu, sabar, ya. Kakak ga benci sama Dede, dan tidak akan pernah bisa. Kakak hanya sedang menarik diri untuk tidak melukai diri Kakak lagi selagi hidup diantara keluarga kecil kita. Bantu doa saja, ya, Biar Kakak bisa perbaikin semua nya satu-satu.”

 

Semenjak saat itu, tidurku tidak pernah pulas. Aku sangat susah untuk tidur. Otakku selalu berjalan menyalahkan keadaan yang terjadi. “Kalo aja aku ga maksain pindah rumah” “Kalo aja aku ga egois untuk punya kamar sendiri” “Kalo aja aku udah dari dulu siapin tabungan yang banyak..” Dan banyak lagi pertanyaan yang menyalahkan diriku saat itu. Aku tidak bisa tidur tanpa bantuan music theraphy yang harus aku dengarkan kurang lebih satu jam sebelum tidur. Secepat-cepatnya aku tertidur itu di pukul 2 atau 3 pagi, dan sekitar jam 7 pagi aku harus bangun untuk siap-siap bekerja. Memakai “topeng” agar tidak ada yang tahu bahwa aku menangis semalaman, bahwa aku merasa telah gagal menjadi Kakak untuk adik-adikku, menjadi anak dari orangtuaku dan parahnya, setiap malam sejak saat itu, aku merasa gagal menjadi manusia.

Hari-hari yang aku jalani terasa semakin kosong, semua motivasi yang diberikan oleh teman-temanku terasa sangat tidak ada artinya, karena… Aku yang menjalani dan aku tahu rasanya tidak mungkin aku melakukan semua nasihat mereka dengan mudah.  

Bulan setelahnya, Ibuku memutuskan untuk berhenti bekerja dengan alasannya sendiri yang menurutku tidak bisa aku terima, karena aku tahu, aku tidak bisa berjalan sendiri untuk menghidupi empat kepala manusia dengan baik. Dengan sifat kami yang 360 derajat berbeda, aku semakin terpuruk dengan keadaan yang menyakitkan diriku lagi. Aku bertahan dengan keadaan yang tidak rukun dengan Adik dan Ibuku, Aku berjalan dengan tangisan yang tidak bisa aku tampilkan ke orang-orang dan menjadi sebuah boomerang untuk diriku sendiri, aku berada di titik aku sudah tidak bisa mengeluarkan emosiku karena aku menahan semua itu setiap hari dan terlalu lelah untuk merasakan semua kesedian yang ada. Sampai aku mengalami malam terpuruk dengan berdoa kepada tuhanku untuk mengambil nyawaku, Aku ingin sekali pergi dari dunia ini…

Mungkin kalian yang membaca ini akan memikirkan bagaimana payahnya diriku untuk menyerah dalam keadaan itu, tetapi percayalah, saat itu aku tidak bisa tertidur setiap malam, terjaga sampai pagi dan harus bekerja lagi sampai malam, dan pada malamnya aku lagi-lagi menangis dan merasakan sesak di dadaku di dalam kamar dan melakukan itu berulang kali selama beberapa bulan. Aku tidak ingin terbangun dengan perasaan itu lagi dan ingin cepat bertemu dengan Alm. Papa untuk setidaknya diberikan pelukan hangat karena sudah bekerja keras selama ini.

Saat itu, aku ingin mencoba hal-hal yang membuat ku tidak merasakan sakit itu lagi, seperti ingin mencoba merokok atau meminum minuman keras yang membuatku tertidur, karna sungguh, hanya dengan tertidur aku tidak harus merasakan sakit itu.  Bahkan fangirling yang mungkin kalian lihat setiap hari di halaman Twitter atau status wa ku pun terasa begitu datar.

Tepat pada malam kedua kali aku memikirkan untuk meninggalkan dunia ini, Aku membaringkan tubuhku lurus di atas Kasur yang menjadi temanku berkeluh kesah itu, aku menatap semua papan berisi semua notes dan foto-foto BTS yang sudah lama terpajang sedari aku menempati kamar ini. Aku melihat semua tulisan yang aku tempelkan disana. Impianku menjadi orang yang bahagia, impianku mendapatkan gelar S1 dan melanjutkan S2, impianku untuk mencintai diriku sendiri, impianku untuk menerbitkan novel yang sedangku buat. Lalu aku tersadarkan oleh satu notes :

“You are the leader of your own life! – Jung Hoseok”

Kalimat itu menghentikan pikiranku yang kacau dan menangis menyesali semua yang sudah aku pikirkan selama ini. Bagaimana mungkin aku tidak menyadari arti dari notes  yang aku tempelkan sendiri itu? Bahwa aku adalah orang yang harusnya mengatur hidupku sendiri, Aku tidak bisa menjadi tiang bagi hidup seseorang jika aku tidak mendirikan tiang kuat untuk diriku sendiri.


*jika saat ini kalian melihat kegilaanku akan Fangirling, tolong dicatat baik-baik, bahwa aku benar-benar disadarkan oleh semua hal yang berkaitan dengan itu, bukan hanya tentang mencintai sebuah hal yang aneh dan menjijikan. They helped me with their music.*


Melalui malam itu, aku berusaha lebih terbuka dengan teman-temanku, aku menceritakan semua pemikiran salahku untuk mengakhiri hidupku dan beruntungnya aku memiliki banyak teman yang bisa aku percayai dan selalu mendukungku dalam keadaaan apapun itu, aku selalu merasa dicintai kembali Ketika berada di sekitar mereka.


“Guys! Kalo baca blog ini, Makasih, ya, udah ada buat gue. Maaf kalo gue selalu susah untuk dibilangin, haha. I love u, gais! Gue gatau kalo ga ada kalian gimana, gue gabisa peluk kalian satu-satu, tapi kalian berhasil membuat seseorang menjadi percaya diri karena merasa dicintai.”


Dan salah satu temanku sangat menyadari bahwa aku sedang tidak apa-apa dan menyarankanku untuk pergi ke Psikolog atau Psikiater untuk menangani masalah kesulitan tidur dan mendapatkan dosis yang dibutuhkan. Aku tidak pernah berani untuk pergi kesana, hehe. Aku hanya memberanikan diri untuk mengecek sejauh mana masalahku ini di jejaring online yang memberiku hasil bahwa kadar depresiku (Sebenarnya aku sama sekali tidak suka menyebutkan kata ini) mencapai 73,5%. Terlepas itu akurat atau tidak, aku tidak ingin mengetahui lebih lanjut dan sampailah aku kepada keberanian untuk berkonsultasi dengan Psikolog melalui aplikasi online, dan hasilnya memang benar, aku mengalami Depresi sedang saat itu dan disarankan jika memang tidak berubah, aku harus mengunjungi RS terdekat. Mengetahi hal itu, aku sangat tidak ingin menjadi “orang yang terperangkap oleh kata itu” aku yakin bahwa aku akan sembuh dengan perlahan.

Beberapa bulan setelah aku sedikit menjadi orang yang ignorant dengan keluargaku, dan menarik diriku untuk tidak menyakiti diriku sendiri untuk mereka, aku menyadari bahwa aku menjadi pribadi yang lebih baik. Mungkin terkesan jahat, ya? Tapi aku hanya ingin pergi dari “kata itu”.

Allah itu baik banget sama aku, dengan semua hal-hal yang salah kemarin-kemarin itu, Allah tidak pernah berhenti memberikan ku nikmat lain yang diberikan melalui teman-temanku, Aku masih dipercaya berada diantara mereka, dan aku tahu itu semua Allah berikan untukku bertahan.

Meskipun terkadang Aku dan Ibuku masih selalu bertengkar dengan masalah yang belum pernah terselesaikan, aku merasa lebih baik. Beberapa minggu lalu, aku melakukan tes presentase keadaanku lagi, dan membaik ke 44,4% (ku tekankan sekali lagi ya, ini tidak selalu akurat, tapi biarlah aku percaya bahwa aku mengalami kemajuan ini).

Saat ini, aku telah mendapatkan pekerjaan baru dengan salary yang cukup berbeda dengan kantorku sebelumnya, dan aku sangat bersyukur. Kini aku berusaha memperbaiki semuanya dari awal, menata kembali ketidakpercayaan ku akan kehidupan yang aku jalani. Aku percaya ketika beberapa orang yang membuatku ingin meninggalkan dunia ini, masih banyak orang-orang yang mejadi alasan aku bertahan, masih banyak mimpi yang belum aku capai dan akan aku capai di hari-hari selanjutnya.

Walaupun ada penyesalan tentang kebodohan diriku ini, aku percaya bahwa aku harus menerima semua kejadian di tahun 2020 ini, selain berterima kasih kepada teman-temanku, aku juga ingin berterima kasih kepada diriku sendiri, aku hebat banget melawati ini semua, iya, kan? Hehehe

Hmmmm, sudah kali yaaa? Sebenarnya aku benar-benar takut menuliskan blog ini, tentang diriku beberapa bulan lalu. Oiya, aku sudah pernah menyebutkannya dalam beberapa blogku bahwa maksud ku menuliskan semua yang ada di blog ini bukan untuk mencari perhatian publik atau mengumbar semua masalah yang ada, ya! Temanku pernah bilang kalo “Perasaan kita itu vaid! Gausah takut untuk tunjukin itu” semoga kalian yang membaca ini mengerti maksudnya.

Jadiiiiii, yuk, sama-sama melewati 2021 dengan lebih percaya sama diri kalian sendiri, percaya bahwa kalian akan bahagia setelah melewati proses menyakitkan, klasik, sih, tapi aku percaya itu dan aku sedang menjalani, hehe.

Inget, ya! 

Kalaupun ada orang-orang yang membuat kamu merasa tidak bahagia, tidak berarti semua orang di dunia ini akan melakukan hal yang sama, terkadang kita tidak menyadari bahwa orang-orang yang mengerti kalian itu ada di sekitar kita.


Mereka yang tidak butuh 24/7 dengan kita, namun mereka akan selalu ada untuk kita.

Gapapa chat duluan, gapapa minta bantuan, gapapa untuk gak baik sekarang, karna orang yang mengerti akan membantu kita memperbaiki semua yang terasa mati.

 

Love,

 

52Hz

Comments

Popular Posts