
Haiii!
Fyuhhh.. Akhirnya pada malam ini Aku memulai sesuatu yang baru untuk isi blogku. Sudah bisa menebak, dong, apa yang akan lakukan pada tulisanku kali ini? Yap! Review buku! Oiya, Karena ini pertama kalinya untukku, dibuat santai saja, ya? Maksudku, semua yang tertulis disini tidak terlalu baku dan benar seperti halnya seorang professional yang benar-benar membuat resensi buku. Dengan perasaan yang sangat deg-deg an tetapi sangat excited ini.... Mari kita temui "Paradigma" Novel by Syahid Muhammad.
Paradigma adalah buku ke-4 dari total 7 buku yang ditulis oleh lelaki yang biasa disapa "Mas Iid" oleh para pembacanya itu. Sebelum Paradigma, sudah ada 2 novel kolaborasi dirinya dengan Stefani Bella atau yang juga dikenal dengan penulis "Hujan Mimpi". Setelah "Kala" dan "Amorfati" (2 Novel kolaborasinya), Mas Iid mengeluarkan novel tunggal pertamanya dengan judul "Egosentris", kemudian Paradigma muncul sebagai karya terbaik Mas Iid yang pernah ku baca sampai saat ini.
Seperti beberapa buku sebelumnya, Paradigma juga diterbitkan oleh penerbit Gradien Mediatama dengan total 312 halaman di dalamnya. Yang membuatku selalu terkagum dengan karya lelaki yang bertempat tinggal di Bandung itu, adalah sampul depan buku tersebut. Dengan warna hitam polos pada dasarnya, kemudian diberikan judul pada bagian tengah dan diikuti gambar yang tentunya mempunyai arti tersendiri bagi buku tersebut membuat kesan "Elegan" sangat terlihat jelas pada mataku.
Paradigma juga terasa spesial untukku, oleh karena itu, setiap kali ada yang bertanya padaku apa saja rekomendasi buku yang bagus untuk dibaca, akan langsung Aku katakan "Paradigma!". Seperti obat yang membuat orang sembuh, Aku pikir, Paradigma adalah salah satu obat yang Aku miliki yang akan Aku berikan kepada siapapun yang membutuhkan bacaan untuk meringankan apa yang terasa berat. Aku yakin, kalian akan menemukan beberapa kejadian dalam buku ini yang membuat kalian tersadar bahwa ada beberapa langkah yang bisa kalian ambil dalam hidup ini.
Sampul depan "Paradigma"
Setelah sampul bukunya yang membuatku terkagum, tentunya hal utama yang tidak pernah Aku bayangkan sebelumnya, adalah isi buku ini. Meskipun pada "Egosentris" Aku sudah yakin bahwa karya Mas Iid tidak pernah mengecewakan, pada karyanya kali ini memang sudah tidak ada yang perlu ditanyakan lagi mengapa Aku menuliskan namanya pada list penulis ter-favorite ku.
Alur campuran maju-mundur-maju ini juga membuatku pada awalnya merasa sedikit membingungkan
"Hah? Apa, sih, maksudnya? Kok dia?"
"Eh, gimana?"
"Loh... Gilaa...jadiii..."
Yap! kira-kira begitu ucapanku yang berkali-kali muncul pada saat membaca Paradigma ini. Jika biasanya penulis menyajikan cerita dalam paling banyak dua perspektif yakni karakter utama pria dan wanita, dalam Paradigma ini kalian akan sangat dibuat kelelahan untuk mengatakan "Ah, iya juga, sih, ya." berkali-kali karena disini disajikan hampir semua perspektif pada tokoh di dalamnya, sehingga akan mengerti keadaan dan apa yang sebenarnya dialami oleh masing-masing tokoh dalam buku ini.
Tentang bahasa yang digunakan pada buku ini, tenang saja, bahasa yang digunakan sangatlah ringan dan terbiasa oleh apa yang kita lakukan dalam kegiatan sehari-hari. Sekalipun terdapat beberapa kutipan puitis di dalamnya, percaya, deh! tidak seberat kata-kata puitis pada umumnya. Ini seperti kata yang dibuat untuk menenangkan jiwa dan pemikiran yang terkadang sering kali bermain dengan fakta kehidupan.
Dengan menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku utama dan juga orang ketiga serba tahu, Paradigma menceritakan tentang seorang lelaki bernama Rana yang mempunyai hobby melukis dan menjadikannya sebagai pekerja lepas dalam bidang design grafis, Ia mempunyai pemikiran yang luas yang membuatnya selalu berkehendak sesuai dengan nalarnya sendiri. Sering dianggap berbeda dengan lelaki kebanyakan, perilaku Rana memang sedikit lemah lembut dan mudah bergaul hanya dengan perempuan, Ia hanya mempunyai satu teman dekat lelaki, bernama Aldo. Meskipun banyak yang mengira Rana adalah penyuka sesama jenis, nyatanya Ia memiliki kekasih cantik bernama Ola, dan memiliki sahabat dekat perempuan bernama Anya.
Di dalam buku Paradigma ini, terdapat beberapa kejadian dimana Rana ingin menunjukan bahwa tidak semua hal pertemanan antara laki-laki dan perempuan berakhir pada keadaan saling menaruh perasaan. Pertemanan yang dimaksud tentunya antara dirinya dengan Anya yang memang diartikan sebagai teman yang bisa diajaknya untuk berbagi kisah. Dan dari banyaknya kejadian di dalam buku ini, hal yang membuatku semakin speechless adalah kenyataan bahwa Rana bukanlah nama asli dari lelaki yang penuh dengan teka-teki itu. Ia mengganti namanya untuk menghindari kenyataan untuk tidak berada pada keadaan yang Ia benci dan ingin Ia lupakan.
Lebih lengkapnya, Rana ingin menghapus kenangan pahitnya dengan seseorang bernama Ikrar yang tidak lain adalah adiknya sendiri dan juga ingin menghapus ingatannya tentang sosok sang Ayah. Ia menghidupkan sosok Ibu yang sangat Ia sayangi dengan menjadikannya Alter ego dalam dirinya selama bertahun-tahun lamanya. Kenyataan bahwa Rana ditinggalkan sang Ibu karena sebuah kecelakaan pada masa kecilnya membuat dirinya mengalami beberapa keadaan di luar kendalinya. Dan tidak jauh berbeda dengan apa yang dialami oleh Rana, Ikrar pun ternyata mengalami hal serupa dengannya, Perbedaanya hanya pada sosok yang dihidupkan oleh keduanya.
Di samping sisi yang tidak terduga itu, Anya, selalu menemani Rana dan mencoba mengerti apa yang dialami lelaki yang juga membantunya perlahan dapat mengatasi Anxiety Disorder . Kalian juga akan disajikan beberapa kejadian dimana Rana membuat semua orang yang berada di sekitarnya mengerti apa yang Ia lakukan bukan hanya asal bicara, tetapi ada hati dan perasaan yang hadir dalam setiap perkataannya.
Paradigma benar-benar membuatku semakin luas memandang kehidupan, tentang bagaimana manusia masing-masing memiliki kerapuhan dalam hidupnya dan berusaha sekuat tenaga untuk menutupinya karena tidak bisa dengan mudah meninggalkan ruang tersebut. Tentang bagaimana kehilangan membuat rasa sakit yang begitu dalam sehingga membuat seseorang rela pergi meninggalkan kebahagiaan yang tersisa. Tentang bagaimana rasa menyanyangi itu terasa begitu jauh ketika orang yang disayangi tidak dapat hadir dalam hari-hari yang kita jalani.
Paradigma juga membuatku tidak bisa menebak akhir dari kisah Rana dan orang di sekelilingnya itu. Ahhh, kalian pasti akan menyesal jika melewatkan buku sebagus ini! Rasanya ingin Aku tuliskan secara mendetail bagaimana penyelesaian yang tidak terduga, tetapi... sok, atuh, baca aja, ya! hahaha. Paradigma masih bisa kalian beli di berbagai toko buku online. Dan jangan lupa, yang asli, ya! Diomelin online sama Mas Iid nanti! haha.
Beberapa kutipan terbaik dari buku ini menurutku adalah
"Kadang buat membantu, kita juga harus pintar baca keadaan, Kamu pikir punya hak buat bantu orang, tapi pada saat yang sama pikiran yang kamu anggap benar malah berpotensi mempekeruh keadaan. ..." (Hal. 10)
"... Jangan merasa punya hak lebih hanya karena kamu pasangan aku." (Hal. 33)
"... Dia cuma butuh dua hal, iya atau enggak. Meski dia enggak pengin hasilnya enggak, setidaknya bukan diantaranya alias gantung." (Hal. 138)
"... kita perlu menerima bahwa kita memang butuh bantuan. Butuh bantuan itu enggak apa-apa, bukan hal yang memalukan. Sudah tugas manusia untuk minta bantuan. Kalau kamu menahan itu, kamu justru bisa kehilangan sebagian dari kemanusiaan kamu." (Hal. 177)
"Kupikir percuma bisa sembuh dan berhenti merasa 'berbeda', tetapi lingkungan kita tetap membedakan dan mengasingkan. Kita terkadang fokus menyembuhkan akibat, tetapi tidak memberantas penyebab," (Hal. 285)
Selamat bertemu dengan Paradigma, teman-teman!
Love,
52Hz
Comments
Post a Comment